Geger Ponorogo! Dewi Astutik Warga Balong Jadi Buronan InterpolIlustrasi

PONOROGO – Warga Dusun Sumber Agung, Desa sekaligus Kecamatan Balong, Ponorogo, digemparkan oleh kabar mengejutkan yang mengaitkan salah satu mantan warga mereka dengan jaringan penyelundupan narkoba internasional. Sosok itu adalah Dewi Astutik, yang kini menjadi buronan interpol dan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam kasus penyelundupan sabu seberat dua ton dengan nilai fantastis Rp 5 triliun.

Kabar ini menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah sejumlah foto dan informasi terkait Dewi menyebar luas. Ia disebut-sebut sebagai salah satu tokoh penting dalam jaringan Fredy Pratama, sindikat narkoba lintas negara yang sudah lama diburu.

Penelusuran Jejak di Balong: Dewi Bukan Warga Asli

Kepala Dusun Sumber Agung, Gunawan, membenarkan bahwa nama Dewi Astutik sempat dikaitkan dengan wilayahnya. Namun, ia menegaskan bahwa Dewi bukanlah warga asli kampung tersebut.

“Dewi Astutik memang pernah tinggal di sini, tapi dia bukan asli sini. Dia menikah dengan warga sini sekitar tahun 2009 dan kemudian pindah. Kami tidak terlalu mengenalnya,” kata Gunawan, seperti dilaporkan Detik.com.

Gunawan menambahkan bahwa Dewi diketahui berasal dari Slahung dan sempat bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri. “Katanya pernah kerja di Taiwan, Hongkong, dan terakhir di Kamboja,” ungkapnya.

Viral di Medsos dan Kedatangan Aparat

Informasi mengenai status Dewi sebagai buronan interpol sempat menarik perhatian warga setempat, terlebih setelah aparat kepolisian datang ke dusun mereka untuk melakukan verifikasi alamat.

“Pihak kepolisian pernah datang kemari untuk memastikan alamat yang tertera di dokumen. Dan benar, dulu dia pernah tinggal di sini,” ujar Gunawan dengan nada prihatin.

Warga yang mengenali wajah Dewi dari foto-foto yang beredar pun merasa tidak menyangka jika perempuan yang pernah menjadi bagian dari lingkungan mereka kini dikaitkan dengan kasus sebesar ini.

Imigrasi Ponorogo Turun Tangan

Kabar keterlibatan Dewi Astutik dalam jaringan narkoba internasional juga mendapat perhatian serius dari Kantor Imigrasi Ponorogo. Kepala Kantor, Happy Reza Dipayuda, menyatakan bahwa pihaknya langsung menggelar rapat Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora) untuk menanggapi situasi ini.

“Kami manfaatkan momentum ini untuk memperkuat koordinasi lintas lembaga, termasuk BNN, demi pengawasan orang asing yang lebih optimal di wilayah Ponorogo, Pacitan, dan Trenggalek,” ujar Happy dalam rapat, Kamis (29/5/2025).

Menyamar Sebagai TKI untuk Kelabui Aparat

Menurut Happy, berdasarkan temuan awal, Dewi menggunakan identitas sebagai TKI untuk menutupi aktivitasnya yang sebenarnya. “Dia mengaku TKI, padahal tugasnya merekrut kurir narkoba di luar negeri,” ungkapnya.

Berdasarkan informasi internal, Dewi diketahui menjalankan aksinya dari luar negeri, memanfaatkan celah dalam proses pengiriman dan distribusi narkoba lintas negara. Dalam jaringan Fredy Pratama, ia diduga berperan sebagai perekrut kaki tangan di berbagai negara, termasuk wilayah Asia Tenggara.

Paspor Asli, Tapi Bukan Diterbitkan Ponorogo

Kepala Imigrasi Ponorogo juga mengklarifikasi terkait penerbitan paspor Dewi. Meski Dewi tercatat lahir di Ponorogo, dokumen perjalanan internasionalnya tidak diterbitkan dari kantor mereka.

“Paspor Dewi bukan diterbitkan di sini. Tapi itu paspor asli. Bisa jadi dikeluarkan dari kantor imigrasi lain di Indonesia karena data WNI bisa diakses nasional,” tegas Happy.

Ia menambahkan bahwa pihaknya telah memperketat prosedur penerbitan paspor. Sepanjang tahun 2024, Kantor Imigrasi Ponorogo telah menolak 230 permohonan karena diduga fiktif atau digunakan untuk penempatan pekerja ilegal.

Jaringan Fredy Pratama dan Peran Dewi

Jaringan Fredy Pratama sendiri merupakan salah satu sindikat narkoba paling berpengaruh di kawasan Asia Tenggara. Fredy telah lama menjadi target utama BNN dan interpol. Nama Dewi Astutik mulai mencuat setelah penyidik menemukan keterlibatannya dalam mengatur distribusi sabu ke berbagai negara.

Menurut pemberitaan Kompas.com, Dewi merupakan salah satu tangan kanan Fredy yang dikenal piawai menyamarkan aktivitasnya dengan menggunakan identitas sebagai pekerja migran.

Reaksi Publik dan Pemerintah Daerah

Kabar ini tentu saja mengejutkan publik, terlebih warga Ponorogo yang merasa tercoreng dengan adanya keterlibatan salah satu warga mereka dalam kejahatan narkotika berskala internasional. Pemerintah daerah pun diminta lebih aktif dalam melakukan pendataan dan pembinaan terhadap calon tenaga kerja migran agar tidak dimanfaatkan sindikat kriminal.

Lembaga swadaya masyarakat dan aktivis anti-narkoba di Jawa Timur menyerukan perlunya penguatan edukasi hukum dan penyuluhan mengenai bahaya narkotika, termasuk modus rekrutmen melalui jalur luar negeri.

Perlu Penguatan Sistem Pengawasan TKI

Kasus Dewi Astutik menjadi pengingat keras bahwa sindikat narkoba kini menyasar berbagai celah, termasuk melalui jalur tenaga kerja migran. Pemerintah pusat dan daerah perlu memperkuat pengawasan keberangkatan TKI, verifikasi paspor, serta memberikan edukasi agar calon pekerja tidak terjebak dalam jaringan kriminal.

Peristiwa ini juga menunjukkan pentingnya sinergi antara BNN, Imigrasi, dan lembaga pengawas lain dalam menindak dan mencegah kejahatan transnasional yang merugikan negara secara besar-besaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *